Friday, April 29, 2011

International Accounting Standars no.29


Dalam akuntansi keuangan dikenal adanya standar yang harus dipatuhi dalam pembuatan laporan keuangan. Standar tersebut diperlukan karena banyaknya pengguna laporan keuangan, bahkan untuk satu laporan keuangan yang sama. Jika tidak terdapat standar, perusahaan dapat saja menyajikan laporan keuangan yang mereka miliki sesuai dengan kehendak mereka sendiri. Hal ini akan menjadi masalah bagi pengguna karena akan menyulitkan bagi mereka untuk memahami laporan keuangan yang ada.

Standar yang ada untuk akuntansi keuangan dibuat oleh dewan standar di masing-masing negara. Dewan standar tersebut menyusun standar akuntansi yang berlaku di dalam negara tersebut dan dipakai oleh entitas yang ada di negara tersebut juga. Karena standar akuntansi dibuat dan disusun oleh masing-masing dewan standar di tiap negara, standar akuntansi antara satu negara dengan negara lain sangat mungkin berbeda.

Saat ini, ketika dunia bisnis dapat dikatakan hampir tanpa batas negara, sumber daya produksi (misal uang) yang dimiliki oleh seorang investor di satu negara tertentu dapat dipindahkan dengan mudah dan cepat ke negara misalnya melalui mekanisme bursa saham. Tentu saja akan timbul suatu masalah ketika standar akuntansi yang dipakai di negara tersebut berbeda dengan standar akuntansi yang dipakai di negara lain. Investor dan kreditor serta calon investor dan calon kreditor akan menemui banyak kesulitan dalam memahami laporan keuangan yang disajikan dengan standar yang berbeda-beda.

Contoh perlakuan-perlakuan akuntansi yang berbeda disebabkan oleh adanya penggunaan standar yang berbeda menurut Frederick D. S. Choi dan Gary K Meek dalam bukunya International Accounting 5th Edition, 2005 adalah:

  • Standar akuntansi di Inggris Raya membolehkan perusahaan menggunakan penilai untuk menentukan nilai pasar wajar atas aset tetapnya dan hal tersebut tidak boleh dilakukan di Amerika
  • Standar akuntansi di Meksiko memperbolehkan perusahaan untuk menyesuaikan nilai persediaannya terhadap laju inflasi, dan kebanyakan negara lain melarang hal tersebut.
  • Standar akuntansi di Amerika Serikat memperbolehkan goodwill dikapitalisasi dan dijadikan beban hanya jika goodwill tersebut mengalami penurunan nilai, sedangkan di beberapa negara lain goodwill dapat diamortisasi dengan periode yang berbeda-beda.
  • Standar akuntansi di beberapa negara fasilitas yang diberikan kepada pekerja semisal fasilitas kesehatan boleh diakui sebagai kewajiban sedangkan di negara lain hal tersebut baru diakui ketika fasilitas tersebut dibayarkan
  • Standar akuntansi beberapa negara lebih mementingkan pengakuan pendapatan dengan mengunakan basis kas dan bukan dengan basis akrual.

Untuk mencegah munculnya permasalahan-permasalahan yang diakibatkan adanya perbedaan dalam standar akuntansi yang digunakan oleh berbagai negara, Dewan Komite Standar Akuntansi Internasional (Board of IASC) yang didirikan pada tahun 1973 mengeluarkan standar akuntansi internasional (IAS). Keluarnya IAS tersebut diikuti dengan beberapa intepretasi tentang IAS dalam bentuk SIC (Standing Intepretation Committee).

Perkembangan selanjutnya adalah IASC membentuk IASC Foundation. Melalui IASC Foundation tersebut pengembangan standar akuntansi dan standar pelaporan memasuki tahap baru. Tahapan baru dalam pengembangan standar akuntansi dan pelaporan tersebut adalah dengan dibentuknya beberapa badan yang ada di bawah IASC Foundation. Beberapa badan bentukan IASC Foundation adalah:

(a) IASB (International Accounting Standard Board)

(b) IFRIC (International Financial Reporting Committee)

(c) SAC (Standard Advissory Committee).

IASB berperan dalam menerbitkan standar akuntansi yang baru dengan meperhatikan masukan dari SAC. IFRIC berperan memberikan inteprestasi atas standar yang dikeluarkan oleh IASB. Langkah IASB selain menerbitkan standar baru adalah merevisi dan mengganti standar-standar lama yang telah ada sebelumnya. Standar-standar yang dikeluarkan oleh IASB tersebut kemudian diberi nama IFRS (Internastional Financial Reporting Standard). IFRS dapat berisi standar yang menggantikan standar yang sebelumnya atau standar yang memang benar-benar baru.

Standar tersebut, IFRS dan IAS, menjadi acuan atau diadopsi langsung oleh para penyusun standar di tiap-tiap negara yang ingin merevisi standar mereka agar sesuai dengan standar yang berlaku secara internasional. Standar yang telah dibuat oleh penyusun standar tersebut, yang mungkin telah mengacu pada IFRS dan IAS, kemudian dijadikan sebagai pedoman dalam pencatatan akuntansi bagi perusahaan-perusahaan yang berada dalam wilayah berlakunya standar tersebut.

Dalam kaitannya dengan standar internasional, terdapat beberapa macam langkah yang dilakukan oleh banyak negara sehubungan dengan perbedaan dengan standar yang mereka buat sebelumnya. Secara garis besar langkah-langkah yang dapat diambil tersebut dapat dibagi menjadi harmonisasi dan konvergensi.


IAS no.29 tentang “Pelaporan Keuangan dalam Hiperinflasi Ekonomi”


Laporan keuangan entitas yang mata uang fungsional adalah mata uang ekonomi hyperinflationary harus dinyatakan dalam hal unit pengukuran saat ini pada tanggal pelaporan, angka perbandingan juga harus kembali dalam unit pengukuran yang sama saat ini. Moneter item dalam laporan posisi keuangan (neraca) tidak disajikan kembali. Item non moneter disajiakan kembali berdasarkan perubahan indeks harga umum antara tanggal akuisisi barang dan tanggal pelaporan. Semua item pendapatan atau pengeluaran dalam laporan laba rugi disajikan kembali komprehensif berdasarkan perubahan indeks harga umum antara tanggal ketika item pada awalnya dicatat dan tanggal pelaporan. Keuntunagn atau kerugiaan posisi moneter bersih termasuk dalam laba bersih.

IASB menyimpulkan bahwa laporan posisi keuangan dan kinerja operasi dalam mata uang lokal menjadi tidak berarti lagi dalam suatu linkungan yang mengalami hiperinflasi. IAS 29 “Pelaporan keuangan dalam perekonomian hiperinflasi mewajibkan penyajian ulang informasi laporan keuangan utama. Penyajian ulang dengan daya beli konstan pada tanggal neraca, bisa dengan model Historical Cost atau dengan Current Cost. Keuangan dan kerugian daya beli dimasukkan ke dalam laba berjalan
IAS revisi pada tahun 2007 diubah terminology yang digunakan dalam semua standar, tetapi karena hal ini tidak berpengaruh substantive, perubahan tersebut tidak secara terpisah diidentifikasi.
Tahunan perbaikan 2006-2008, dapat diterapkan untuk periode tahunan yang dimulai pada atau setelah tanngal 1 januari 2009. Penerapan lebih dini diperkenankan, sebagai akibat dari siklus proyek tahunan perbaikan 2006-2008, perubahan berikut dibuat untuk IAS 29:
· Sebuah perubahan untuk merefleksikan fakta bahwa beberapa asset kewajibam dalam laporan biaya historis keuangan dinilai pada nilai sekarang.
· Terminology perubahan untuk mencapai konsistensi dengan standar lainnya.
Adapun IAS 29 telah di adopsi pada tahun 2010 bersama IAS yang lain, yaitu:

1. IFRS 7 Statement of Cash Flows
2. IFRS20 Accounting for Government Grants and Disclosure of Government Assistance
3. IFRS24 Related Party Disclosures
4. IFRS29 Financial Reporting in Hyperinflationary Economies
5. IFRS33 Earnings per Share
6. IFRS34 Interim Financial Reporting
7. IFRS41 Agriculture
Sumber:

· Alindamartha.blogspot.com/2001/02/hamonisasi-standar-akuntansi.html

· Frederick D. S. Choi dan Gary K Meek. 2010. International Accounting. Jakarta: Salemba Empat.

· www.google.com

Translasi Mata Uang Asing



Perusahaan yang beroperasi secara internasional menggunakan berbagai metode untuk menunjukkan asset, utang, pendapatan, dan beban dalam mata uang domestic yang dinyatakan dalam mata uang asing. Metode translasi mata uang asing seperti ini dapat diklasifikasikan ke dalam dua tipe: mereka yang menggunakan nilai tukar mata uang asing tunggal untuk mengembalikan neraca asing ke dalam padanannya mata uang domestic mereka dan menggunakan nilai tukar mata uang asing ganda.


Metode Nilai Tukar Tunggal

Metode nilai tukar tunggal, yang juga diketahui sebagai metode kurs saat ini, telah lama popular di Eropa. Metode ini mengaplikasikan nilai tukar tunggal, harga penutupan atau harga saat itu, terhadap semua saham dan utang asing. Pendapatan dan beban mata uang asing secara umum ditranslasikan pada nilai tukar yang berlaku saat item tersebut diakui. Bagaimanapun, untuk menyakinkan, pendapatan dan beban biasanya ditranslasikan oleh rata-rata nilai tukar saat itu pada tiap periode.

Pada metode tunggal, laporan keuangan operasional asing (yang dilihat oleh induk perusahaan sebagai kesatuan otonom) memiliki laporan domisili tersendiri: keadaan mata uang lokal di mana anak perusahaan berbisnis. Pernyataan gabungan menjaga keterhubungan laporan keuangan awal (seperti rasio keuangan) individu yang menggabungkan secara keseluruhan karena semua gabungan item laporan keuangan ditranslasikan dengan sebuah konstanta. Yaitu, hasil gabungan tersebut memperlihatkan perspektif keuangan pada tiap kesatuan yang hasilnya merupakan gabungan total, bukan perspektif nilai mata uang yang digunakan induk perusahaan.


Metode Nilai Tukar-Ganda

Metode nilai tukar ganda mengombinasikan kurs saat ini dan kurs historis dalam proses translasi mata uang asingnya.


Metode Current-Noncurrent

Pada metode current-noncurrent, asset lancar yang dimiliki anak perusahaan saat itu (contoh, asset yang biasanya bisa dikonversi ke kas dalam satu tahun) dan utang lancar (kewajiban yang jatuh tempo dalam satu tahun) ditanslasikan ke dalam mata uang induk perusahaan mereka pada laporan keuangannya dengan kurs saat ini. Asset dan kewajiban noncurrent ditanslasikan pada kurs historis. Item laporan laba rugi (kecuali untuk biaya depresiasi dan amortisasi) ditanslasikan pada aplikasi tingkat rata-rata operasional tiap bulan atau pada rata-rata dasar tambahan yang mencakup seluruh periode yang dilaporkan. Biaya depresiasi dan amortisasi ditanslasikan pada kurs historis dengan pengaruh saat modal yang dimiliki didapatkan.


Metode Moneter-Nonmoneter

Metode moneter-nonmoneter juga menggunakan skema klasifikasi neraca untuk menentukan nilai tukar mata uang asing yang sesuai. Asset dan kewajiban moneter (contoh, klaim dan kewajiban untuk membayar sejumlah tagihan dengan mata uang di masa yang akan datang) ditanslasikan dalam kurs saat ini. Item nonmoneter (asset tetap, investasi jangka panjang, dan persediaan) ditanslasikan dalam kurs historis. Item laporan laba rugi ditanslasikan dengan prosedur yang sama dengan yang dijelaskan untuk konsep current-noncurrent. Tidak seperti metode current-noncurrent, metode ini melihat asset dan kewajiban moneter sebagai risiko nilai tukar. Oleh karena itu item moneter dimasukkan dalam kas, penggunaan kurs saat ini untuk tanslasi mata uang asing, item tersebut menghasilkan padanannya mata uang domestik yang merefleksikan nilai yang dapat dicapai atau penyelesaian. Hal tersebut juga merefleksikan perubahan dalam mata uang domestic padanannya pada kewajiban jangka panjang dalam periode di mana nilai tukar berubah, menghasilkan indicator waktu atas efek nilai tukar.


Metode Kurs Sementara

Dengan metode kurs sementara, translasi mata uang asing tidak mengubah sifat sebuah item yang dihitung; hal tersebut hanya mengubah unit perhitungan saja. Dengan kata lain, tanslasi mata uang asing neraca disajiakan ulang menggunakan mata uang item tersebut, tetapi bukan penilaian aktual. Pada GAAP AS, nilai kas dihitung berdasarkan jumlah yang dimiliki pada tanggal neraca. Piutang dan utang dinyatakan dalam jumlah yang diharapkan untuk diterima atau dibayar pada waktu jatuh temponya. Asset dan kewajiban lain-lain dihitung dengan harga uang yang berlaku pada saat item diterima atau terjadi (harga perolehan). Bagaimanapun, beberapa dihitung dengan harga yang berlaku pada saat laporan keuangan (harga saat itu), seperti persediaan berdasarkan harga yang lebih rendah antara biaya atau harga pasar. Singkatnya, dimensi waktu berhubungan dengan nilai uang tersebut.


Kasus Translasi Mata Uang Asing

Diketahui:

1 = $ 9000 (HISTORIS)

1 = $ 9800 (CURRENT)


PT. “Twins Makmur”

POS

Rp

Historis

Current rate

CNC

MNM

TEM

Kas

6.500.000

722

663

663

663

663

Piutang dagang

9.500.000

1.055

969

969

969

969

Persediaan barang*

6.700.000

744

684

684

744

684

Tanah

1.000.000

111

102

111

111

111

Gedung

20.000.000

2.222

2.041

2.222

2.222

2.222

Akm. depresiasi gedung

(6.000.000)

(667)

(612)

(667)

(667)

(667)

Alat kantor

18.000.000

2.000

1.837

2.000

2.000

2.000

Akm. depresiasi alat kantor

(10.800.000)

(1.200)

(1.102)

(1.200)

(1.200)

(1.200)

Jumlah aktiva

44.900.000

4.987

4.582

4.782

4.842

4.782

Utang dagang

14.900.000

1.655

1.520

1.520

1.520

1.520

Utang wesel

20.000.000

2.222

2.041

2.041

2.041

2.041

Modal saham

10.000.000

1.110

1.021

1.221

1.281

1.221

Jumlah pasiva

44.900.000

4.987

4.582

4.782

4.842

4.782

Translasi mata uang asing



(89)

111

171

111


Analisis

Pada kasus diatas, nilai tukar mata uang asing saat itu menghasilkan kerugian translasi $89, tetapi pada metode current-noncurrent, moneter- nonmoneter dan temporal nilai tukar mata uang asing mengalami keuntungan sebesar 111 current-noncurrent, 171 moneter-nonmoneter, dan 111 buat temporal.


Kesimpulan

Jadi dengan menggunakan ketiga metode tsb ( current-noncurrent, moneter- nonmoneter dan temporal) terdapat keuntungan translasi sebesar 111, 171, dan 111. Tetapi nilai tukar mata uang asing saat itu menghasilkan kerugian translasi $89, dengan ketiga metode tsb semoga bisa menjadi perhitungan tersendiri bagi perusahaan dalam melakukan translasi mata uang asing.


Sumber:

· Frederick D. S. Choi dan Gary K Meek. 2010. International Accounting. Jakarta: Salemba Empat.

· Prof. Dr. Zaki Baridwan, M.Sc., Akt. 2008. Intermediate Accounting. Jakarta: BPFE-Yokyakarta.

Template by:
Free Blog Templates