Monday, May 31, 2010

Indonesia Mampu Menjadi Basis Produksi Otomotif


Selasa, 25 Mei 2010 - 17:25 wib

Foto: Kadin

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memproyeksikan Indonesia mampu dan berpeluang besar untuk menjadi basis produksi otomotif, terutama jenis kendaraan MPV, SUV, truk ringan, dan sedan kecil.

"Model-model mobil tiap merk mempunyai umur tertentu, biasanya tujuh tahun. Setiap ada model baru, dan setiap negara menawarkan untuk menjadi basis produksinya, termasuk
indonesia," kata Direktur Jenderal Industri Alat Transportasi dan Telematika (IATT) Kemenperin Budi Darmadi di Jakarta, Selasa (25/5/2010).

Pada saat ini, lanjutnya,
Indonesia menjadi salah satu produsen kendaraan terbesar di Asean untuk jenis SUV, truk ringan, sedan kecil dan MPV. "Tapi, Indonesia nggak pegang untuk sedan mewah seperti Lexus, BMW 7 series, dan yang CC besar kecuali Mercedes. Jenis MPV,SUV, dan truk ringan kita buat karena kompetitif advantage kita disitu," ujarnya.

Dihubungi secara terpisah, Pengamat Otomotif Suhari Sagro mengiyakan lndonesia mampu menjadi basis produksi otomotif. "Karena volume kita sudah lumayan. Bahkan termasuk yang terbesar di pasar Asean," kata Suhari.

Namun, menurutnya, memang membutuhkan waktu bagi
Indonesia untuk menjadi basis produksi otomotif sepenuhnya. "Butuh waktu, walaupun sekarang sudah mulai menjadi basis produksi. Basis artinya tidak lepas dari merk prinsipal. Prinsipal akan membandingkan Indonesia dengan negara lain," jelasnya.

Namun, lanjutnya, pemerintah
Indonesia harus mengatasi semua masalah yang menghambat, seperti infrastruktur dan birokrasi yang masih buruk. "Kalau tidak diatasi, akan jadi tambahan beban biaya," ucapnya.

Menurutnya, yang perlu dilakukan
Indonesia adalah tinggal bagaimana menggarap pasar regional. "Karena, pasar domestik kan sudah besar," imbuhnya.

Sementara itu,
Indonesia, menurut Budi, juga sudah banyak mengekspor kendaraan dalam bentuk Component Knock Down (CKD) dan Completely Built Up (CBU). "Untuk Fortuner, kita ekspor loh. 2008, ekspor CBU 192 ribu unit, CKD 103 ribu set, komponen 311 ribu pieces. Tahun 2009, ekspor CBU 56 ribu unit, CKD 53 ribu set,komponen 232 ribu pieces. Untuk 2010, produksi akan melebihi tahun 2008,"jelasnya.

Menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo), produksi mobil di Indonesia pada 2008 sebanyak 600.630 unit,2009 464.820 unit, dan prediksi 2010 sebanyak 700 ribu. Tahun lalu, ekspor mobil dalam bentuk utuh (CBU) turun 44 persen menjadi 56.669 unit dibanding 2008 sebesar 100.982 unit. Penurunan kinerja ekspor dipicu krisis finansial global. Adapun penurunan memicu pelemahan permintaan mobil di beberapa negara tujuan. Hal itu ditambah dengan pelemahan pasar domestik sebesar 20 persen.

"Ada beberapa model baru kan, seperti Freed, Hyundai H1, Luxio, Mercy seri E, BMW seri 5,dan Toyota varian diesel," paparnya.

Budi menuturkan, kapasitas produksi bisa bertambah apabila ada investasi baru yang masuk ke
Indonesia.

Para investor baru, kata dia, biasanya meminta kepada pemerintah untuk memberikan insentif fiskal berupa pembebasan pajak untuk kurun waktu tertentu. "Yang mau investasi, biasanya minta insentif fiskal. Cukup banyak investor yang memanfaatkan PP 62 (tax allowance),"kata Budi.

Di sisi lain, menurutnya,
Indonesia berkompetisi cukup ketat dengan Thailand, terutama di sektor komponen kendaraan.

"Mereka berkompetisi dengan kita di sektor komponen. Disana (
Thailand) ada 1 ribu perusahaan, di Indonesia 900 perusahaan. Produksi mereka di atas 1 juta unit per tahun, dan ekspornya lebih dari 400 ribu unit. Komponen itu menyesuaikan sama produksi, kalo produksinya banyak, komponennya akan mengikuti," tukasnya.

Suhari optimistis, dalam beberapa tahun kedepan,
Indonesia bisa mengalahkan Thailand. "Kita bisa mengalahkan Thailand dalam beberapa tahun kedepan. Nggak sampai lima tahun. Contohnyal, Jepang. Dulu mereka berawal dari nol, dan sekarang sudah bisa ekspor ke Amerika Serikat (AS)," tukasnya.

Seperti diketahui, Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat mengatakan, otomotif menjadi salah satu dari beberapa sektor industri padat karya yang ingin dikuasai sehingga menjadikan negara ini sebagai basis produksi, dalam rangka mengantisipasi Asean Economic Community yang efektif berlaku dalam lima tahun mendatang.

"Saya juga berkeinginan dalam program itu me-launching low cost and green car. Kalau itu bisa dilakukan dengan 80 persen komponen lokal, akan banyak sekali industri komponen dan berbagai macam industri penunjang yang akan diproduksi di Tanah Air, termasuk baja," katanya.

Hidayat menuturkan, program mobil dengan harga terjangkau dan ramah lingkungan ini sudah ditawarkan ke beberapa prinsipal dan diharapkan bisa berjalan mulai tahun depan. Untuk menarik minat investor menggarap program tersebut, Kemenperin tengah melobi Kementerian Keuangan untuk memberikan insentif fiskal.

"Saya sedang bicara dengan Menteri Keuangan kalau konsep kami sudah jadi nanti harus ada insentif fiskal, misalnya, ada skema PPN yang ditanggung pemerintah untuk jangka waktu tertentu atau apapun yang bisa menarik mereka untuk menjadikan Indonesia basis produksi," paparnya.

Apabila
Indonesia menjadi basis produksi, lanjut Hidayat, tentu industri komponen dan penunjangnya akan bangkit dan menjadi kuat. Hidayat menambahkan pihaknya juga telah menawarkan kepada beberapa prinsipal otomotif di Jepang untuk memindahkan industrinya ke Indonesia dan menjadikan negara ini sebagai basis industri mereka.

Sejumlah prinsipal otomotif di Jepang, tegas Hidayat, menyatakan akan melihat
Indonesia sebagai basis alternatif investasi apabila kepastian hukum diperbaiki dan beberapa peraturan termasuk insentif fiskal dipermudah.

"Langkah ini untuk mengantisipasi Asean Economic Community, jangan sampai nanti di 2015 kita belum siap dan kita menjadi tempat jualan orang lain. Saya ingin start pertama dimulai pada tahun depan," tegasnya.

Deputi Menko Perekonomian Bidang Perdagangan dan Industri Edy Putra Irawady menegaskan, industri alat transportasi nasional masih dihadapkan pada tantangan lemahnya keterkaitan industri perakit dengan industri komponen pendukung, belum optimalnya peran lembaga-lembaga pendukung industri kendaraan bermotor seperti Pusat Diklat, Pusat Engineering dan perguruan tinggi.

"Selain itu, ketergantungan bahan
baku impor industri komponen masih cukup tinggi. Seperti saat ini, ketika penjualan meningkat produksi naik tapi kenaikan impor bahan baku juga terjadi," jelasnya.

Hidayat menegaskan situasi krisis yang tengah dihadapi
Thailand akan dijadikan sebagai peluang bagi Indonesia untuk lebih maju. "Dalam situasi politik demikian, saya bukan bilang akan memanfaatkan (krisis Thailand) tetapi lebih menjadikan momentum. Apakah ada potensi pelarian modal dalam hal ini? Saya katakan iya," tukasnya.(Sandra Karina/Koran SI/css)

Ulasan: Indonesia mampu dan berpeluang besar untuk menjadi basis produksi otomotif, terutama jenis kendaraan MPV, SUV, truk ringan, dan sedan keci. Pengamat Otomotif Suhari Sagro mengiyakan lndonesia mampu menjadi basis produksi otomotif. "Karena volume kita sudah lumayan. Bahkan termasuk yang terbesar di pasar Asean," kata Suhari. Tetapi untuk melancarkan hal tersebut pemerintah Indonesia harus mengatasi semua masalah yang menghambat, seperti infrastruktur dan birokrasi yang masih buruk. Semoga pemerintah bisa melakukan hal tersebut yaitu mengatasi semua masalah yang menghambat, seperti infrastruktur dan birokrasi yang masih buruk ..amien,,


Sumber : http://economy.okezone.com/read/2010/05/25/320/336307/indonesia-mampu-menjadi-basis-produksi-otomotif

0 comments:

Post a Comment